Sebuah Penyesalan yang tak tersembuhkan Alkisah, cerita ini terjadi di sebuah bandara International Sukarno Hatta. Ada seorang ibu (yang kebetulan berjilbab lebar) sedang tergesa-gesa memasuki pintu check in. Saking tergesa-gesanya, ibu ini sembari membawa barang bawaan yang lumayan banyak, tanpa sadar barang bawaannya bertabrakan dengan koper seorang Bapak yang usianya sedikit diatas ibu ini. (jika cerita ini berhenti disini, khawatirnya ada yang memaknai terlalu jauh misal "kisah asmara si ibu dan si bapak di sebuah bandara :)", jadi baca kelanjutannya dulu yaa..) Segera si ibu ini meminta maaf dan langsung buru-buru melanjutkan urusannya mengantri di belakang barisan check in. Sekilas ibu ini menengok wajah si bapak yang cuma tersenyum-senyum saja. "Paling juga ia sudah memaafkan, sudahlah.." pikir si ibu. Saat mengantri, rupanya si bapak ini juga berada dibarisan yang sama, bahkan tepat di belakang si ibu ini. Cuma yang bikin nggak enak, si ibu ini mengamati si bapak kok dari tadi wajahnya senyum-senyum terus ke dia. (jika berhenti disini, kesimpulan sementara mungkin ada yg berfikir, si bapak genit banget sih :)) "Udah ah, cuekin saja, lagian juga udah minta maaf. nggak kenal juga, khawatir sok kenal trus diapa-apain bisa gawat.." si ibu ini pura-pura tidak mengamati si bapak. Akhirnya urusan mengantri selesai dan si ibu ini menuju ke ruang boarding. Ditengah jalan ia menyempatkan untuk menelpon, mungkin menelpon keluarganya dan lumayan lama pembicaraan di telepon tsb. Begitu memasuki ruang boarding, eh ketemu lagi sama si Bapak itu, malangnya juga cuma tinggal 1 kursi di sebelah bapak itu saja yang kosong. Dari jauh perasaan sudah nggak enak, apalagi si bapak masih saja senyum begitu nampak si ibu. Sebel,, jengkel, rasanya mau marah. siapa sih yang nggak sebel disenyum-senyumin terus, pikir ibu itu. Si ibu coba meredam kemarahannya dan karena saking capeknya, sudahlah dari pada nggak duduk dan diduduki orang lain. Disiapkannya sebuah buku dan mulailah si ibu membaca buku untuk menutupi salah tingkahnya. Sekali lagi, bapak itu memberikan senyum :). "hiiiihhhh..aneh ni orang" pikirnya. Cuekin aja ah.. Sekian waktu berlalu, diliriknya si Bapak, rupanya ia sedang membaca koran, lumayan minimal koran itu menutupi wajah bapak itu, batinnya. Perasaan lapar kemudian menghampiri si ibu dan kebiasaan mengemilnya kambuh. Sembari matanya fokus membaca kalimat demi kalimat di buku di tangan kirinya, tangan kanannya tanpa sadar mengambil sebuah crackers Oreo yang ada di pembatas kursi antara si Ibu dan si Bapak. Satu demi satu oreo itu dinikmati hingga..... Si bapak selesai membaca koran dan tiba-tiba ikut mengambil Oreo tersebut. Namun dilihatnya, Oreonya tinggal 1 biji. "Loh..loh..apaan ini, tanpa rasa bersalah, nyelonong aje, gak minta ijin, gak kenal jua, kok oreoku diambilnya?" batin si ibu ini. Si Bapak cuma senyum-senyum saja sembari mengamati Oreo yang dia barusan ambil. Tak lama kemudian si Bapak ini membagi oreo ini menjadi 2 bagian. Dimakannya dengan lahap setengah bagian dan diberikannya setengahnya ke ibu itu..tentunya dengan senyum-senyum lagi. Akhirnya meluaplah kemarahan si Ibu ini: "Apa sih maksud bapak....!!!!???". Eh si bapak, sekali lagi cuma tersenyum :) Beberapa detik setelah itu, panggilan masuk pesawat di kumandangkan. Si ibu ini pun sudah puas melabrak si Bapak sambil mendelik. Lega rasanya..,bergegas ia masuk ke pesawat dan meninggalkan si bapak, yang masih tersenyum-senyum setelah di labrak. Di dalam pesawat si Ibu sudah duduk dengan nyamannya..sembari menata diri, ia sempatkan membuka tas bawaannya yang ia bawa ke dalam pesawatnya. Tampak sebungkus Oreo di dalam tas tersebut. Bungkus Oreo yang sama dengan Oreo yang ia nikmati ketika duduk di sebelah bapak itu. "Lha...ini oreo ku kok masih utuh..? Oreo yang tadi?.... :)...... sedangkan si bapak berada penerbangan ke tujuan lain :) Ikhwah fillah, bagaimana perasaan antum, anda, saudara, jika menjadi si IBU tsb.. Tepat sekali. Menyesal, sedih dan merasa bersalah sudah MENUDUH si bapak atas senyumnya. Sudah menabrak barang bawaan si Bapak itu, memakan oreo si bapak itu. Dan parahnya sudah melabrak dan melukai perasaan si bapak itu. Mau minta maaf? kapan ketemunya lagi? :) Ibrah dari cerita ini adalah, berhati-hati menuduh orang. Walau faktanya ia berbuat jahat atau tertangkap basah berbuat yang tidak benar. Namun apakah kita tahu persis cerita dibalik, latar belakang, sebelum dan sesudah, atau motif kenapa ia berbuat seperti itu? Apalagi yang kita tuduh dan kita jelek-jelekkan namanya adalah orang baik..minimal bukan orang jahat, atau orang yang biasa berbuat jahat. Hanya Allah lah yang tau aib luar dalam hambanya. Salah kalo kita befikir kita ini orang baik. Yang benar adalah saat ini Allah masih sayang pada kita sehingga Aib-aib kita yang banyak ini Allah sembunyikan agar tidak nampak orang. Semoga kita dijauhkan dari prasangka buruk terhadap saudara kita. Astaghfirullah.. "Fatabayyana, Fa innallaha ya'lamu maa ta'lamuun : bertabayyunlah..sesungguhnya Allah lebih mengetahui apalagi apa yang kamu sekalian tidak ketahui" Papa azzam - hanya menyampaikan kembali apa yang ustadz pernah ajarkan-