Ramadhan di Sydney Australia (berbagi pengalaman)
last update: 14 sep 2011.
Seorang rekan meminta saya untuk membuat artikel tentang ramadhan di Sydney Australia, dimana topik besarnya adalah practicing islam di luar negeri. Motivasinya adalah ingin berbagi cerita kepada rekan2 ditanah air sehingga punya gambaran yang lebih nyata seperti apa situasi di sydney, mengurangi efek “cultural-shock” bagi rekan2 yang baru pertama kali ke luar negeri terutama dengan tujuan Sydney, dan yang terakhir pastinya, agar kita dapat mengambil hikmah dari sini supaya menjadikan diri kita lebih baik dari sebelumnya. amiiinn…
well… bagi saya pribadi, mungkin karena sebelumnya pernah bekerja dan travelling di beberapa negara dimana kaum muslim adalah minoritas, membuat saya merasa ramadhan disini seperti bukan suatu hal yang baru. maksud saya, tinggal di kota ini, practicing islam disini, serta ramadhan disini, pastilah akan mirip dengan tempat2 yang sebelumnya pernah saya tinggali. hehehe… tentu saja yang beda adalah tempatnya, sydney gitu loh… sebuah kota besar dimana kalo anda ngak kuper abis, atau ngak tinggal di tempat yang sangat terpencil, pastilah pernah denger nama ini. Dan, bukan suatu yang aneh jika banyak yang menganggap sydney sebagai ibukota australia. hahahaha… 🙂 oke, kita mulai ceritanya…
tentang shalat: lokasi, wudhu, posisi, waktu, arah
Pertanyaan tentang shalat adalah yang paling sering ditanyakan. beberapa catatan saya:
lokasi. tidak seperti indonesia yang mushalanya melimpah, sydney sama sekali berbeda. jarang sekali ketemu tempat shalat untuk umum disini. beberapa orang bawa sajadah sendiri dan shalat dimana aja, ya karena memang kita boleh shalat dimana saja toh? iya tentu tempatnya harus bersih dong… hehehe bagi rekan2 yang baru datang, mungkin akan merasa risih atau malu melakukan shalat sementara diliatin orang yang lalu lalang, tru abis shalat orang2 pada nanya, loe abis ngapain sih? naik turun, bungkuk2, matuk2? (sedikit didramatisir, hehehe ),tapi itulah tantangannya… hehehe beberapa tips, cari tempat shalat yang sepi, yang ngak banyak orang lalu lalang, dan buat pembatas. biasanya library / dibawah tangga / pojokan menjadi tempat favorite untuk shalat.
Sebelum shalat, pastilah kita bersuci dahulu (wudhu/tayamum). Tempat wudhu air dimana kita biasa membasuh, membuka jilbab, kaus kaki, serta pakaian lainnya dengan nyaman, adalah banyak di indonesia. di sydney, paling anda hanya akan bertemu washtafel, dimana terkadang orang lain pada ngantri juga untuk make. sungguh tidak sopan rasanya jika kaki anda diangkat untuk dibasuh diatasnya. Selain karena alasan kesopanan, anda juga bisa jatuh jika tidak hati2. Secara lantainya jadi licin karena terciprat air untuk wudhu. Tantangan lainnya adalah untuk tetap menggunakan jilbab ketika wudhu, karena bisa jadi toiletnya adalah unisex sehingga cowok & cewek campur disana. tentu saja dalam toilet semacam itu tidak bakal ada urinoir untuk cowok. hehehe :-p ketika musim dingin tiba, juga akan terasa berat jika harus melepas kaus kaki dan membilas dengan air sedingin es. nah dalam praktiknya, beberapa teman ada yang bertayamum, tidak melepas jilbab, serta tetap bersepatu ketika wudhu dengan mengusap bagian atas alas kakinya. beberapa teman juga terlihat shalat dengan alas kaki kok. islam itu mudah toh?
tentang waktu shalat. kita mesti pinter2 cari jadwal shalat disini. dengan teknologi internet sekarang sudah banyak sekali pihak yang menyediakan jadwal shalat secara free. kita bisa download aplikasinya atau mengakses langsung ke websitenya. kadang saking banyaknya website tersebut jadi down dan harus nunggu sampai pulih kembali. yah mirip seperti website kickandy yang susah diakses ketika acara TVnya selesai, ngak bisa diakses blasss rek!!. hehehe
Jadwal shalat rasanya bukan masalah deh, tapi tantangan yang sebenernya adalah waktu untuk melaksanakan shalat tsb. bagi pekerja, suasana kerja disini umumnya beda dengan beberapa organisasi di indo dimana pegawainya ngelencer saat jam kerja. shalat dilakukan saat waktu istirahat yang sempit (biasanya 30 menit) dimana makan siang juga termasuk disini. Untuk pelajar, sering terjadi waktu kuliah/seminar melampaui beberapa waktu shalat. beberapa rekan menyiasatinya dengan shalat yang di jama’ atau memanfaatkan waktu break yang sedikit untuk shalat dengan tayamum terlebih dahulu.
posisi shalat. yang umum terjadi di indonesia adalah shalat dengan berdiri. di australia, atas alasan tempat, waktu, dan situasi, tidak jarang dijumpai shalat sambil duduk, atau bisa jadi berupa isyarat saja. misal ketika berada dalam public transport.
tentang arah shalat, pastinya adalah menghadap ke kiblat (bukan ke barat loh..). barat itu kan headingnya 270 derajat, dan arah kiblat dari australia jelas bukan menggunakan heading 270 derajat. oleh karena itu, adalah sebuah ide yang baik jika kita punya kompas untuk keperluan ini. di situs website juga dijelaskan heading ke kiblat, tapi tetap saja harus ada penunjuk arah sebagai basis perhitungan toh?
tentang musim, kelembaban, & puasa
meskipun disebut mempunyai 4 musim, saya sendiri lebih mengganggap musim di australia hanya dua yaitu musim dingin (winter) dan panas (summer). pada puncak winter yaitu sekitar bulan july (winter di belahan utara berbeda dengan dibelahan selatan loh ya), waktu sunrise adalah sekitar jam 7 pagi dan maghrib sekitar jam 5 sore. nah, yang menjadi tantangan disini adalah ketika summer. Dimana pada puncaknya (sekitar bulan desember) waktu sunrise adalah sekitar 6 pagi dan maghrib sekitar jam 8 malam. sunrise artinya waktu ketika matahari mulai memancar dimana sekitar 1 jam sebelumnya adalah waktu mulai subuh. selama 2 kali mengalami ramadhan disana, dua-duanya terjadi saat winter. Namun saya membayangkan beratnya puasa saat summer karena waktunya lebih lama, dan buat para cowok, cewek2 aussie pakaiannya lebih terbuka saat musim tsb. cihuiii… xixixixi :-p (ane kan cowok tulen bo..) bukan kita yang nyari loh, tapi orangnya yang lewat sendiri, gimana bisa nolak (halah, alesan ajah…)?
ohya, meskipun dekat pantai, kelembaban (humidity) di sydney & australia pada umumnya tergolong rendah. humidity berpengaruh pada proses penguapan air dalam tubuh. sehingga pada daerah dengan humidity rendah musim dingin akan terasa semakin dingin dan pada musim panas akan semakin terasa panasnya. mirip seperti cuaca saat musim kemarau di indonesia lah. sinar matahari disini juga lebih terik dan probability untuk terkena kanker kulit juga lebih tinggi jika dibandingkan negara tropis, bisa jadi karena lapisan ozon yang tipis (bersyukurlah nak… kamu orang tropis, ngak perlu dijemur seperti bule2 itu… hehehe :-p). Untuk itu, jangan lupa minum yang cukup & gunakan sun block dengan SPF tinggi (sebaiknya diatas 30) terutama ketika matahari terik. percaya deh, matahari disini bikin kulit lebih cepat gosong… satu lagi tips agar kita tubuh kita cepat adaptasi adalah dengan mengikuti pola hidup orang lokalnya. contohnya dengan tidak sering2 mandi (misal sampai 3 kali sehari seperti di indo) karena kulit akan lebih cepat kering (bahkan bisa sampai luka loh), dehidrasi, dan bibir juga cepat pecah. kalo bau, boleh dicoba untuk menggunakan deodorant.
tentang ifthar (buka puasa), halal food, toko indonesia
jika di indonesia banyak muncul penjual takjil dadakan saat ramadhan, sampai membuat jalanan macet karena jualan dipinggir jalan, suasana seperti itu tidak akan dijumpai di sydney. takjilnya sederhana, paling juga air, biskuit, permen, atau makanan lain semacam ini, yah sederhana lah. Namun menurut saya justru banyak positifnya karena kita belajar sederhana dan tidak berlebihan. masih ingat ketika buka puasa di indo dengan berbagai macam makanan didepan mata dimana nafsu makan pun mendadak surut setelah makan beberapa suap (laper mata)? hehehe waktu melaksanakan iftharpun bermacam2, ada yang sedang di library ketika ngubek2 buku disana, ada yang lagi kerja di warehouse, dan ada juga rekan yang buka puasa ketika sedang presentasi didepan kelas. sebuah pengalaman berharga dan langka sebagai penguat diri.
Issue lain yang juga sering ditanyakan adalah halal food. Tidak seperti sekarang, jaman dahulu belum ada label2an halal. jadi agar konsumen lebih yakin itu produk halal, maka dicantumkanlah label halal disana. Perlu diingat, urusan label-melabel ini tidak ada di alquran & hadits. saya pribadi sih lebih setuju dengan label haram, karena menurut saya lebih logis, efektif & efisien dalam pelaksanaannya. dalam alquran juga ditulis bahwa kita boleh makan apa saja kecuali beberapa yang dilarang. ini artinya yang haram itu jauh lebih sedikit toh? nah dengan demikian, kenapa tidak yang haramnya saja yang dilabel? kan jauh lebih efektif toh? apakah warteg itu harus sertifikasi dulu untuk dapetin label halal? bagaimana jika diundang rekan non-muslim/muslim untuk dinner dan kita tanya ini halal ngak? apa islam itu kaku seperti ini ya? jika “label haram” dirasa terlalu kasar, ya berarti tinggal cari kata yang lebih halus toh? misal: “this product contains pork” beres deh… ini bukan berarti saya adalah penentang makanan halal, tidak sama sekali. yang saya bahas adalah label2an itu. tentu ada yang tidak sependapat dengan saya, dan saya hargai itu. hidup kan tidak harus seragam toh? Satu hal yang pasti, dengan sistem ini, lembaga sertifikasi label halal itu bakal dapat pemasukan dari pendaftaran, hehe. lumayan untuk menggaji pegawainya… akan beda cerita jika systemnya menggunakan label haram. hehehe 🙂 ohya untuk mencari halal food, di sydney ada beberapa butcher halal kok, beberapa restoran juga pasang label itu, dan kalo beli barang di supermaket beberapa items juga ada labelnya. AFIC (lembaga islam australia) mengatakan sebagian besar produk yang ada di pasaran adalah halal (ya iyalah, kan memang sudah dibahas diatas bahwa yang halal itu jauh lebih banyak dari yang haram). cuman beberapa memang tidak mencantumkan labelnya karena mungkin takut dikira teroris.
jika tadi bicara takjil ala mahasiswa, maka takjil ala indonesia (kolak, gorengan, serta kue indonesia lainnya) juga tersedia terbatas di toko indonesia. yang dimaksudkan toko indonesia adalah toko yang menjual barang2 yang biasa kita temui di indo. ada makanan, sabun, majalah indo, obat2an (minyak2an yang bermacam2), dll. kalo masuk ke toko ini rasanya seperti bukan di sydney loh… pasalnya kebanyakan pengunjung berasal dari indo & ngomong indo. hahaha.. dari yang saya perhatikan, yang dominan sih pada ngomong jawa dengan logat jawa timur ;-p
tentang 1 syawal, shalat ied, ngantor lagi, dan berbagai warna islam
Tidak seperti indonesia, australia tidak punya department agama. Bagi australia, agama adalah urusan individu dan tiap warga negaranya berhak menjalankan praktik agama tersebut sepanjang tidak bertentangan dengan undang2 mereka. beberapa organisasi islam pun bermunculan disini, dari sekedar komunitas informal seperti KPII (keluarga pelajar islam indonesia) yang ada di UNSW (University of New South Wales) sampai yang resmi seperti ISOC (islamic society) UNSW maupun CIDE (Center of islamic Dakwah & Education). informasi 1 syawal sebagai tanda berhenti puasa pun beragam, ada yang ikut pemerintah RI, ada yang juga yang ikut informasi lokal. nah setelah tahu informasi 1 syawal, selanjutnya adalah shalat ied, dan bagi pelajar umumnya dilakukan di dalam kampus, di lapangan indoor atau di hall.
Abis shalat eid, trus ngapain? yah standar lah, salam-salaman, maaf-maafan, cerita sana-sini, ketawa haha hihi hehe… sayangnya, kita ngak bisa lama2 seperti di indo yang menjadikan 1 syawal sebagai libur nasional. jadi bagi rekan2 yang bekerja, setelah shalat eid jam 8am, maka langsung cepat2 ngejar bus untuk ngantor jam 9am. Atau kalo yang kuliah, bakal siap2 untuk masuk kelas/ngerjain tugas atau lab pada hari itu juga. begitulah tantangannya… tapi, tentu kita pun bisa liburan saat 1 syawal dengan catatan harus ngambil cuti, atau 1 syawal jatuh pada weekend. hehehe :-p
Satu hal yang menarik disini adalah kesempatan untuk melihat berbagai warna islam. Orang islam disini datang dari berbagai penjuru dunia, sehingga kita pun dapat belajar dari mereka yang berbeda. hikmahnya yang dapat kita ambil adalah toleransi terutama ke internal orang islam sendiri. saya pernah melihat sendiri dimilis komunitas muslim dimana ada anggotanya yang menanggapi sinis sebuah artikel yang ditulis oleh ulama syiah. Aneh, padahal yang berkomentar juga lulusan australia loh… emang kenapa kalo syiah? mereka kan juga muslim? saya punya temen orang iran asli & syiah, dan tanya ke dia apa sih the fundamental differences in syiah islam? dan dia jawab it depends on you, bisa kamu buat besar atau kecil. yang jelas, dia bersyahadat, shalat 5 kali sehari, puasa, zakat, dan haji juga kok. Memang, shalatnya mungkin ada gerakan yang beda, tapi itukan minor menurut saya. di indo juga ngak kompak kok, ada yang pake qunut, ada yang enggak, ada yang jarinya diputer2 ketika tahiyat akhir, ada yang enggak, ada juga yang duduk tahiyatnya miring, ada yang tidak. Oke lah, kita anggap orang itu kafir, sesat, terjerumus, whatever you said lah… lah trus gimana? kita hajar rame2? kita bakar? kita hakimi? wuah… indonesia banget!! emang islam itu ngajarin main hakim sendiri gitu? asalkan berbeda, harus menyingkir. apa kita harus ikut2an seperti itu? apa kita ngak boleh mendengar sendiri penjelasan dari temen kita itu? dan kalo memang dia beda dengan kita, apa harus kita musuhi? apa ndak boleh jadi satu group dengan dia? apa berarti semua kata2 dia salah total? ya ndak begitu toh? dari yang saya tahu, nabi juga kalo bicara nadanya sopan, bicaranya juga baik2 toh? Yah, bisa jadi temen milis saya ini “kurang gaul” selama di sydney. jadi memandang islam hanya dari satu sisi saja. hehehe :-p peace… v(-.-)v
Sydney yang ramah & equality
Satu hal yang sangat positif dari sydney adalah perlakuan masyarakatnya yang tidak membeda2kan orang dari status sosial atau kondisi fisiknya. saya ambil contoh, di indo disebuah supermarket besar, kadang dijumpai penjaga toko/pegawai pelayanan yang ketus melihat calon customer yang dianggapnya ngak level. hehehe misal terlihat dari pakaiannya yang lusuh, kotor, tampang ndeso, ataupun ngak rapi. wajahnya pun tak ramah menghadapi orang2 itu, senyum pun tidak, padahal orang itu kan datang buat belanja yang berarti menggaji karyawan itu toh?. Di sydney, saya sering menemui petugas kasir yang ramah meskipun customernya adalah seorang pekerja bangunan yang datang ke toko tsb dengan baju belepotan cat/kotoran/keringat. semua cutomer dilayani dengan sama dan ramah. betul2 saya harus anggkat dua jempol dengan mereka. tidak peduli dia adalah seorang yang berjas atau cuma memakai celana pendek + sendal jepit, mereka tetap mendapat pelayanan yang sama. Suatu pengalaman berharga untuk kita ambil hikmahnya.
Anda tidak sendirian, bergabunglah ke komunitas
Salah satu gejala “cultural-shock” adalah perasaan kesepian dan takut melakukan aksi. Alasannya macem2: ngak pede bicara english padahal IELTSnya dapet score 7 (kok bisa? hehehe), makanannya tidak cocok, ngak cocok dengan teman group, ngak cocok dengan gaya bicara orang lokal, takut bicara sama landlord, takut belum nemu akomodasi permanent, bingung mau shalat, kaget melihat label harga, jauh dari keluarga/pacar, serta jutaan alasan lainnya. Ini adalah perasaan yang wajar dan manusiawi. namun kalo perasaan ini dipelihara terus, maka hasilnya justru akan kontra produktif. kita kan datang untuk menang, bukan untuk gagal toh?jadi ndak boleh lama-lama bersedih. percayalah, anda tidak sendirian. Ada ribuan orang yang sama dengan anda, untuk itulah, sangat disarankan untuk gabung ke komunitas dimana anda bisa curhat dan tanya2 ke orang yang lebih dulu datang yang bisa jadi punya masalah yang sama dengan anda. jika anda student UNSW, bisa ikutan gabung ke KPII sebuah komunitas muslim yang berisi para pelajar muslim indonesia yang sedang belajar disana.
Seorang rekan yang galau
suatu hari di pengajian jumat malam KPII, adalah rekan saya (mas ulum) yang share cerita tentang kegalauannya tinggal di negeri mayoritas non-muslim (dia sulu pernah sekolah di US) dimana dia merasa kesulitan untuk menjalankan ibadah wajibnya (kadang shalat mepet, shalatnya bolong-bolong, dijama’, susah cari makanan halal, dll). Dia bahkan sampai berkonsultasi ke beberapa ustad tentang ini. Tanggapan pun beragam mulai dari yang keras (yang mengatakan bahwa adalah haram berpergian ke negeri non-muslim), sampai yang moderat yang membolehkan (terutama untuk urusan mencari ilmu / kesehatan) dia pun diingatkan tentang sebuah hadists (saya lupa detilnya) yaitu menjalankan islam di negeri2 tersebut akan diganjar pahala berkali-kali lipat karena memang kondisinya yang tidak mudah.
Akhir kata, tidak perlu merasa takut untuk berpergian atau tinggal di sydney. tentu disini akan banyak sekali tantangan. Akan tetapi sangat setimpal juga dengan ganjaran pahala yang kita dapat. wawasan pun berkembang lebih maju, mendapat banyak hikmah yang positif, percaya diri, serta latihan untuk mengimplementasikan konsep bahwa islam itu mudah dan fleksible.
semoga berguna bagi pembaca…
ps. masih banyak cerita lain dan seru yang masih tertinggal, tentang cuaca, tentang biaya hidup, tentang beasiswa, BBQ, tentang tradisi KPII, toleransi, transport murah, dll
namun akan ditulis pada lain waktu aja yah…
URL pendek:Â http://t.co/ZKTuynW
wahhh… asyiiiik ngikutin ceritanya…great job! kalau semua pengalaman (in many aspects, though) di beberapa negara yg pernah ditinggali ditulis, bisa jadi buku-buku yang menarik tuh…
dwiharini
12 Sep 11 at 13:23 edit_comment_link(__('Edit', 'sandbox'), ' ', ''); ?>
hehehe iya ma, ide sih banyak…
cuman waktu nulisnya itu yang ngak banyak
ini juga pelan2 ditulis biar berguna buat orang lain juga.
:-p
Achmad Mardiansyah
12 Sep 11 at 15:00 edit_comment_link(__('Edit', 'sandbox'), ' ', ''); ?>
xxxx
————
maaf commentnya dimoderasi sebelum identitas komentator ini di jelaskan. nama lengkap, nationality, tempat tinggal, background pendidikan, background islam anda…
sunni
13 Sep 11 at 18:08 edit_comment_link(__('Edit', 'sandbox'), ' ', ''); ?>
Not too different than in the US. Perhaps I am a bit more shy, in that, I usually make shalat in my car, while sitting down. =)
Ratih
14 Sep 11 at 00:29 edit_comment_link(__('Edit', 'sandbox'), ' ', ''); ?>
xxxxxxxxxxxxx
komentar ini dimoderasi.
————
@sunni serta rekan2 lainnya, saya sudah mendesain research untuk mengenal lebih dekat antara sunni & syiah disini. mohon jangan pakai anonym. jika nabi muhammad masih hidup dan mengakses internet, saya yakin 100% beliau tidak pengecut untuk menjadi anonym. berbicara tanpa dasar dan konfirmasi dari sumber langsung, hanya akan jadi debat kusir.
untuk itu, bagi rekan2 yang ingin berpartisipasi, silahkan buka halaman ini.
khusus untuk sunni, jika masih comments sekali lagi dengan tipe seperti ini, akan anda akan saya masukkan spam. 100 kali anda mencoba, akan di blok 100 kali juga. just show yourself brother…
sunni
14 Sep 11 at 03:43 edit_comment_link(__('Edit', 'sandbox'), ' ', ''); ?>
[…] membaca artikel ini, ada pengunjung yang tak dikenal berkomentar tentang syiah & sunni. komentarnya bisa […]
Mengenal lebih dekat islam sunni & syiah (research kecil-kecilan) at Achmad Mardiansyah's Journal
14 Sep 11 at 13:14 edit_comment_link(__('Edit', 'sandbox'), ' ', ''); ?>
waah..asyik baca cerita ini…jd terkenang masa2 di sydney…sy berksempatan 10 minggu di Sydney (puasa&lebaran di sana),,,dulu tinggal sama pak heru(bu titin),dia kayannya dedengkot KPII…jd pingin ke sana lagi…Insha Alloh klo taun depan jd studi di brisbane…sy ingin sekali nyempetin waktu bernostalgia di Sydney…
andri
6 Apr 12 at 09:33 edit_comment_link(__('Edit', 'sandbox'), ' ', ''); ?>
@andri: salam mas andri, iya pak heru masih di sydney, dan dulu pernah jadi koordinator KPII.
mudah2an lancar ya mas. amiin
Achmad Mardiansyah
10 Apr 12 at 00:36 edit_comment_link(__('Edit', 'sandbox'), ' ', ''); ?>
mau tny selain pelajar UNSW apakah boleh bergabung sebagai komunitasnya?
dian
9 May 13 at 18:09 edit_comment_link(__('Edit', 'sandbox'), ' ', ''); ?>
Boleh emailnya mas Achmad? saya mau tanya lebih jauh tentang kehidupan mahasiswa part time disana via email boleh?
Nur aini
21 Apr 16 at 15:42 edit_comment_link(__('Edit', 'sandbox'), ' ', ''); ?>
@dian: kliatannya bisa mbak. ada groupnya di facebook kalau g salah
@nur aini: silahkan…
Achmad Mardiansyah
21 Apr 16 at 17:16 edit_comment_link(__('Edit', 'sandbox'), ' ', ''); ?>