Achmad Mardiansyah's Journal

Manage your knowledge by writing it

Sebuah cerita research quantum communications

with 5 comments

Ini adalah sambungan dari cerita sebelumnya.

Kuliah quantum comms dibuka untuk level postgrad, dan kebanyakan yang ngambil adalah anak2 master. Salah satu program kuliah adalah menghadirkan guest lecture, dan guest lecture kali ini adalah mahasiswa PhD yang baru aja selese menyelesaikan thesisnya. Namanya mark, masih muda, umur sekitar 20-an akhir, tinggi, dan orang aussie kayaknya. Judul presentasinya lucu, “lonely diamond seeks single photon” hehehe. 🙂

Inti thesisnya adalah mengenerate single photon melalui diamond based center. research ini bekerja sama dengan melbourne uni di victoria.

Kenapa single photon? karena single photon sources adalah basis untuk quantum communications yang menggunakan security based on physical law, dimana berbeda dengan classic comms yang menggunakan PKE (Public Key Encryptions). Selain itu, single photon sources adalah prasyarat untuk quantum computing yang berbasis linear optics quantum computing (LOQC).

kenapa diamond? karena diamond-based centers adalah salah satu teknik yang baik untuk mendapatkan single photon (informasi ini diketahui setelah thesis selesai loh ya). jadi sebelum thesis dia dimulai, orang cuman bisa ngira2 doang. Apakah ada teknik yang lain selain menggunakan diamond? ada. beberapa diantaranya: quantum dots (kelemahan: beroperasi pada environment tertentu, bukan pada kondisi kamar normal), single molecules (kelemahan: beroperasi pada suhu extrem, aje gile: 0 kelvin), attenuated laser light (kelemahan: tidak bisa memastikan untuk mendapat single photon, kadang lebih dari 1 photon, kadang 0). Dengan diamond-based center kita bisa mendapat pure single photon sebagai source.

trus gimana dong? intinya sih dia pattern itu diamond (baca: memahat) sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.

hmm… sound easy mate? errrr… nope! you’ll face many challenges my friend. You’ll get lots of surprises that you never expected it to be.

ternyata, memahat diamond itu tidak mudah. Diamond adalah benda paling keras yang ada dibumi. membuat diamond yang presisi (dalam satuan nanometer) itu bukan pekerjaan sembarangan. perlu teknik khusus. sebelum dipahat, diamond akan dilapisi dengan silica. proses ini sendiri makan waktu beberapa jam. setelah itu proses memotongnya sendiri bisa berjam2. blom lagi kalo ada salah, terlalu cepat, kurang power, kesenggol, kecemplung, dll.

ternyata lagi, diamond itu bukan unsur yang stabil. Perlahan tapi pasti, diamond akan berubah menjadi graphite. ya, jika anda punya cincin berlian dan dikubur selama 1000 tahun, berlian tersebut akan berubah menjadi graphite. untuk itu, perlu proses lagi untuk remove itu graphite. haaaahhh… semua menghela nafas…

tapi pengorbanan yang dia lakukan ngak sia2. diamond fabrication yang dia lakukan berhasil dengan baik. thesisnya dikerjakan selama 3 tahun lebih. aje gile… 3 tahun maenannya diamond bo!

yang komentar juga lucu2,
“wah ini research mahal dong? pake berlian bo”
“wah kalo saya berlian itu buat dipake aja”
“berapa berlian yang sudah kamu habiskan?”
hahaha 🙂

kesimpulan:

  • melakukan research berarti anda berada di ujung pengetahuan. jadi memang masih meraba2. trial, failure, and error adalah bagian dari research. jadi kalo ada perusahaan menganggarkan dana untuk research, maka perusahaan harus sudah tahu konsekuensinya bahwa akan ada failure pada research tersebut, dan yang lebih parah lagi, researchnya gagal. Silahkan baca tulisan saya tentang research disini
  • Pengetahuan yang didapat ketika melakukan research adalah pengalaman berharga yang biasa disebut tacit knowledge. Semakin banyak pengalaman, maka semakin banyak tacit knowledge yang anda punya, karena anda tahu tips & tricks dari pekerjaan tersebut yang susah di tularkan meskipun menceritakannya pada orang lain. Itulah sebabnya, bisa jadi administrator/programmer senior lebih dihargai karena tacit knowledgenya.
  • Jangan mudah menyerah ketika melakukan pekerjaan. ingat, satu kesulitan diapit oleh dua kemudahan

ohya, ada info dari mark, diteamnya sedang ada lowongan PhD student untuk ngerjain research digroup mereka. ada scholarshipnya juga loh: free tuition fee, stipend, dan bisa ngajar juga untuk dapat tambahan. untuk info lebih lanjut, silahkan hubungi a/prof ladouceur.

Sekian tulisannya, semoga berguna bagi yang membaca…

URL pendek: http://wp.me/pRkxT-8d

5 Responses to 'Sebuah cerita research quantum communications'

Subscribe to comments with RSS or TrackBack to 'Sebuah cerita research quantum communications'.

  1. Lanjut …. hehe gaya tulisannya ngetrend …. istilah sono di permudah untuk di cerna…. boleh juga boo cara nulis seperti ini.

    Materinya yang bernuansa kekinian sangat dicari para persilancar yang haus bacaan, tambah ikon dan gambar biar tambah nyess para pembacanya.

    Terpaksa yang tua ini terhanyut dengan gaya penulisan sdr AM

    SM

    20 Jul 10 at 11:54

  2. salam kenal untuk pak SM.
    terima kasih telah mampir kesini, dan terima kasih juga untuk sarannya.

    Achmad Mardiansyah

    20 Jul 10 at 13:23

  3. […] thesis tentang quantum comm. ada info tentang sholarship juga loh… silahkan klik disini. Artikel terkait: Sebuah cerita research quantum […]

  4. Salam kenal, wah keren sekali dan menginspirasi. kebetulan saya dari jurusan elektro dan ingin mengambil energi surya untuk studi s2 saya. Karena sedikit mendalami ilmu yang berbeda maka saya ingin mengambil coursework di UNSW yang mendapat mini tesis di semester empat, pertanyaan saya, apakah dari coursework akan susah untuk mengambil phd nantinya karena tesis yang dilakukan hanya mini tesis? bahkan kuliah di unsw major tsb hanya 6UOC. Saya jadi bingung. Terima kasih.

    Izzah A Wardah

    6 Oct 16 at 22:41

  5. @izzah: ngak susah.

    Achmad Mardiansyah

    27 Nov 16 at 15:38

Leave a Reply