Achmad Mardiansyah's Journal

Manage your knowledge by writing it

Bedanya kegiatan lab di australia dan Indonesia

without comments

picture from unsw.edu.au. kegiatan lab di australia dan Indonesia

ok jadi, kita sudah tahu bedanya lecture, tutorial, dan lab dari artikel sebelumnya. jika belum baca, sebaiknya baca dulu disini. hehehe… kali ini, kita akan bahas perbedaan kegiatan praktikum / lab di australia dan Indonesia. Sebenarnya terlalu menggeneralisasi sih ya, karena sampelnya cuma dari UNSW dan sekolah saya dulu (STT TELKOM) hehehe… :-p . Bisa jadi, seiring waktu berjalan ada juga yang berubah. paling tidak berikut ini adalah perbedaan yang saya ingat ketika artikel ini ditulis.

Studi kasusnya adalah pada kuliah Network Technologies yang halamannya dapat dilihat di sini (TELE3118-page) , terakhir diupdate 2017. berikut ini beberapa hal yang saya catat tentang perbedaan mereka (kegiatan lab di australia dan Indonesia):

  • Dari segi tujuan, konsep Lab di aussie adalah untuk pendukung kuliah.  Jadi tidak ada materi-materi aneh di praktikum yang tidak diajarkan di kuliah. modul untuk lab (lab guide) juga dibuat oleh lecturer dan dalam eksekusinya dilakukan oleh lab demonstrator.
  • Dari segi modul lab (lab guide). lab guide di aussie dibuat oleh lecturer itu sendiri. tidak seperti di indo yang dibuat oleh anak2 asisten yang lulus S1 aja belum.
  • Dari segi latar belakang lab demonstrator (orang yang mengawasi jalannya lab). Di aussie, Lecturer itu minimal PhD (professor) dan lab demonstrator biasanya siswa yang sedang S3. di indo, yang mengawasi praktikum adalah siswa yang lulus S1 juga belum, dimana kadang kualitas pemahaman dan pengalaman tentang materi juga belum matang.
  • Dari segi koordinasi: seperti dijelaskan diatas, lab di aussie adalah pendukung mata kuliah. tidak seperti di indo yang punya SKS sendiri untuk praktikum. mata kuliah lab punya kurikulum sendiri. Sering ditemui, lab jalan kemana… kuliah jalan kemana… ngak ada koordinasi.
  • Dari segi pelaksanaan. jadi konsep lab di aussie, khususnya pada kuliah ini (TELE3118), setiap lab mempunyai lab guide (contohnya disini). Siswa mengikuti guide tersebut dalam mengerjakan labnya, kemudian submit report, dan lab demonstrator akan menilai lab tersebut. Karena bahan2 lab sudah dimiliki oleh siswa (misal: software protocol analyzer, website target, ip publik, etc), maka semua lab dapat dilakukan sendiri oleh siswa dari mana saja. Sehingga di aussie, biasanya siswa datang ke ruangan lab hanya untuk:
    • Menyerahkan report. malah kadang ada report yang dikirim via learning platform (moodle, blackboard, etc)
    • Mengikuti tutorial. jika ada hal di guide yang kurang jelas.
    • Demo program. misal: ada lab yang menuntut kita untuk membuat socket programming. nah dalam kasus ini, kita perlu datang ke lab untuk mendemonstrasikan program kita untuk kemudian dicek source codenya oleh lab demonstrator.
    • Mengerjakan lab. ini biasanya dilakukan jika ada komponen praktikum yang hanya terdapat di ruangan lab (misal software tertentu, alat tertentu)
  • Dari sisi kemandirian: Hal yang menonjol dari kuliah di UNSW adalah kemandirianya. jadi siswa memang dibiasakan untuk memilih berdasarkan kebutuhan pribadinya, bukan hanya ikutan teman atau lainnya. Dan menurut saya ini berimbas ke lab guide yang brief, yang berasumsi siswa sudah mengetahui prerequisitenya.
    Contoh: ada lab yang mengharuskan kita untuk menggunakan software protocol analyser (wireshark misalnya) namun tidak pernah ada pelajaran cara penggunaan wireshark sebelumnya. sehingga siswa harus belajar wireshark sendiri atau cari kursus wireshark sendiri.
    Contoh lainnya adalah sebuah lab yang mengharuskan kita membuat socket programming dimana tidak pernah ada pelajaran formal tentang socket programming disana. kenapa tidak ada? agar melatih siswa berpikir bahwa untuk membuat socket, dapat menggunakan banyak bahasa pemrograman. di kelas lecturer cuma menjelaskan, untuk membuat lab X, silahkan belajar dari X,Y,Z atau silahkan cari referensi sendiri.
    Di indonesia, modul praktikum yang saya lihat, adalah mirip seperti modul kursus, siswa benar-benar disuapi yang akhirnya manjadi malas untuk mencari sendiri. 🙁

nah, mempertimbangan banyaknya sisi positif yang dapat diambil dari pelaksanaan lab di UNSW (kegiatan lab di australia dan Indonesia), usulan saya untuk praktikum di indonesia:

  • Praktikum digabung dengan kuliah agar koordinasi lebih baik, tidak ada cerita ngarang modul sendiri
  • Untuk praktikum yang terkait dengan IT, dimana siswa sudah mempunyai bahan-bahan sendiri, pelaksanaan lab tidak perlu mengharuskan siswa datang ke ruangan lab karena mereka dapat melakukannya di tempat masing-masing.
  • Perlu dibuat lab guide yang jelas sehingga mudah diikuti dan mudah diperbaiki jika ada kesalahan. misal: lab guide dibuat di googledocs dimana jika ada kesalahan / hal yang kurang jelas akan mudah untuk diperbaiki.
  • Bagi siswa yang memerlukan bimbingan untuk melaksanakan lab, lab demonstrator akan membuat jadwal tutorial yang dapat diikuti oleh siswa. bagi siswa yang sudah paham, tentu tidak perlu datang ke tutorial. tutorial juga tidak harus selalu di ruang lab, bisa ruang terbuka, kelas, atau dimana saja.

sekian tanggapannya, terima kasih telah membaca artikel kegiatan lab di australia dan Indonesia.

Written by Achmad Mardiansyah

July 21st, 2010 at 11:44 pm

Leave a Reply