Achmad Mardiansyah's Journal

Manage your knowledge by writing it

Pengalaman belajar networking (telekomunikasi) di kampus yang jumlah IP publiknya lebih dari 200ribu

without comments

Pada artikel kali ini, saya ingin berbagi pengalaman menimba ilmu networking (telekomunikasi) di sebuah kampus yang jumlah IP publiknya lebih dari 200ribu (seriusan gan.. ini bukan ISP). kira-kira sudah pada tahu nama kampusnya kan ya? hehehe… Kebetulan saya cukup beruntung mendapat kesempatan untuk belajar disana dengan mengambil program Master Of Engineering Science dengan fokus pada bidang telekomunikasi.

Naah… biar ngak pada penasaran. langsung aja deh lihat gambar dibawah ini (sudah tahu nama kampusnya kan?):

Network prefix dari AS23859 (University of New South Wales – UNSW)

OK, nework prefixnya memang besar (/16 man!!), dan ada beberapa. Terus, so what gitu loh? naaah jadinya seperti ini sob:

  1. Semua barang disana menggunakan IP publik. ya iyalah, hehehe :-p. Mulai dari laptop, printer, handphone, blackberry (jaman itu masih ada yang pake loh ya, dan biasanya dibawa oleh student indonesia. hahaha), you name it, semua pakai IP publik. coba cari kayak gini di indo… udah dapat?
  2. Karena prefixnya besar dan banyak, maka kagak perlu ada NAT (Network Address Translation). Disaat orang lain sedang mikir untuk mendapat blok IP address baru karena IP address sekarang semakin menipis, orang sini berpikir gimana cara menghabiskan prefix ini dengan mengalokasikan IP address ke barang-barang yang ada disana.
  3. Karena tidak ada NAT, maka performance network jadi lebih baik. NAT memerlukan resources lebih dari sebuah perangkat. dengan demikian, router hanya mengerjakan forwarding saja, tidak perlu melakukan connection tracking. kecuali jika ada feature tertentu yang akan diaktifkan.
  4. Anda harus tahu sob, bahwa desain internet itu adalah IP publik, tidak pakai NAT. Pada awal internet, blok IP address dibagi-bagi dengan sangat royal. Baru kemudian setelah internet semakin banyak penggunanya, mereka sadar bahwa alokasi IP address semakin menipis. oleh karena itu beberapa antisipasinya:
    1. menghapus teknis addressing dari classfull address menjadi classless aka. VLSM (Variable Length Subnet Mask). dengan demikian, tidak ada lagi istilah class A, class B, class C, etc, karena sudah menggunakan prefix (/15, /17, /18, dan lainnya)
    2. Mencetuskan menggunakan private IP dan proses NAT.
  5. Dengan IP publik yang menempel pada perangkat, maka terjadi true end-to-end communication. Pada protocol yang sensitive pada NAT, misal: voip, kondisi ini sangat membantu performance. jalur signalling dan payload bisa dibuat beda dan antar client bisa langsung connect tanpa harus fully connected via STUN. aseek…
  6. wah, kalau semua pakai IP publik, berarti seseorang dari indonesia bisa langsung nge-ping ke handphone yang ada disana? iya dong, namanya juga true end-to-end. eh tapi dari sisi indonesia sudah di NAT ding… hehehe :-p
  7. kalau begitu, jika kita running webserver di handphone kita, maka akan bisa diakses dari indonesia? tentu saja lah. saya pernah buat webserver dari komputer bekas (hasil ngedump) yang saya letakkan di dapur apartment saya, dan server ini menghosting blog yang anda akses saat ini. mana bisa beginian kalo di indo coba?
  8. wah kalau semua pakai IP publik, dan bisa diakses dari manapun, bahaya dong? nah itulah gunanya firewall. perangkat ini dapat memfilter incoming traffic yang menuju port tertentu. jadi meskipun pada blackberry kamu ada service FTP disana dan dapat diping, service tersebut belum tentu bisa diakses.
  9. karena IP publiknya melimpah, maka tugas kuliah dan research akan menjadi lebih menantang, misal:
    1. POC (proof of concept) enkripsi pada transmisi client server. jadi ada sebuah server dengan enkripsi tertentu dimana kita diminta untuk membuat software dari sisi client, dengan menggunakan java, C, python, dll. hasilnya akan di verifikasi dengan wireshark.
    2. mengukur bandwidth pada path tertentu di internet tanpa menggunakan speedtest (karena speedtest itu intrusive, mengganggu traffic orang lain). misal dengan membuat system yang memungkinkan 2 paket dikirim back-to-back dimana pada balasannya, kita hitung delay antara kedua paket tersebut yang nanti berujung pada perkiraan max bandwidth pada path tersebut. metode ini potensial untuk digunakan pada aplikasi yang menyediakan pilihan bandwith komunikasi otomatis, misal youtube. kalau bandwidth kecil, maka videonya menggunakan kualitas paling rendah, gambarnya burem dikit. kalau jaringannya bagus, resolusinya jadi naik. seru kan ya? ya ngerjainnya juga pening… hehehe
    3. dan tugas-tugas lain seperti ini..
  10. Dengan tugas dan ip address yang banyak ini, mendukung kita untuk belajar the things behind a technology. Jadi anda jangan berharap akan diajari mengetik command pada perangkat cisco/mikrotik/you_name_it, karena yang dilajari adalah hal-hal dibalik itu, misal:
    1. algorithma congestion pada TCP
    2. kenapa perlu ada 2 addressing? (layer 2 and layer 3)
    3. network management (FCAPS)
    4. analisis cara kerja protocol (baca tu RFC)
  11. Ah berarti banyak teori… males ah, gak guna di kerjaan. Justru sebaliknya sob, ada banyak keuntungan dengan mengetahui cara kerja protocol:
    1. elu bakal mudah untuk lompat-lompat vendor. minggu ini pakai cisco, minggu depan pakai mikrotik, minggu depannya vendor lain, NGAK MASALAH BROO…. kenapa? karena semua perangkat itu harus comply dengan protocol yang ada. yang beda cuma command nya doang. cara kerja networkingnya wajib sama, lah wong dibuat dari RFC yang sama kan ya?
    2. Pengetahuan tentang teori akan sangat membantu dalam troubleshooting jaringan. saya penah wawancara seseorang yang punya sertifikat CCIE/CCNA yang kebingungan menjelaskan proses komunikasi antara 2 buah directly-connected-hosts 10.10.10.135/25 dan 10.10.10.65/24. contoh lain adalah mengetahui perangkat yang bermasalah dengan routing dengan hanya bermodalkan ping dan traceroute.
    3. Mematahkan mitos yang terlanjur mengakar di masyarakat. misal: NAT adalah sebuah kewajiban jika ingin connect ke network lain.

Saran saya, jika ingin lanjut kuliah di bidang networking, bisa ke kampus yang diatas aja (bukan promosi loh ya) hehehe… jika biaya menjadi masalah, tenaaang… masih ada jalan, kamu bisa masuk lewat jalur scholarship.

ok sekian dulu tulisannya ya. semoga bermanfaat bagi pembaca. 🙂

Written by Achmad Mardiansyah

May 14th, 2014 at 5:44 am

Posted in lain-lain

Leave a Reply