buku ajar vs buku referensi?
buku ajar vs buku referensi ya?
Ada teman yang berkomentar tentang outline sebuah matakuliah atau kursus:
Outline bisa ditafsirkan berbeda antara satu trainer dgn trainer yg lainnya, paling tidak punya official study guide lah…supaya keluaran mikrotik certified nggak letoy…
Kalo didunia pendidikan..GBPP/SAP saja tdk cukup, hrs ada yg namanya buku ajar, program certified jg seharusnya begitu…punya official study guide…sehingga alumninya punya pemahaman yg sama
tulisan kali ini akan membahas buku ajar vs buku referensi. seperti biasa, kita akan bahas definisi dulu:
- Buku ajar adalah buku yang dipakai untuk mengajar. buku ini dibuat oleh pengajar/dosen, dan dipakai oleh siswa/mahasiswa ketika mengikuti pelajaran tersebut. dari penampakan fisik, buku beginian biasanya tipis.
- buku referensi adalah buku yang dipakai sebagai referensi sebuah topik / pelajaran. pengarangnya adalah orang yang ahli dalam topik atau bidang tersebut. buku ini sering diajukan acuan oleh buku lain (termasuk buku ajar), oleh pengajar / siswa. dari penampakan fisik, buku beginian biasanya tebal, sampai beratus-ratus halaman.
nah mari kita tanggapi tulisan diatas.
apakah buku ajar itu sebuah keharusan ketika mengajar kuliah/kelas di indonesia?
tidak. buku ajar itu tidak wajib. aturan pendidikan tinggi juga tidak mewajibkan adanya buku ajar. namun DIKTI mendukung buku ajar dengan memberikan insentif bagi dosen yang membuat buku ajar, dan ketika ada proses akreditasi, adanya buku ajar dapat meningkatkan point. jadi buku ajar itu bisa jadi semacam ringkasan dari buku referensi ditambah materi dari sana-sini oleh pengajarnya.
kalau di sekolah luar bagaimana?
ketika sekolah di luar, saya justru ngak pernah lihat adanya buku ajar. Ada beberapa profesor/pengajar juga membuat notes untuk mata kuliah tersebut yang jumlah halamanya dapat mencapai puluhan, namun tetap saja itu bukan buku, itu notes. justru yang selalu ada di setiap perkuliahan adalah buku referensi (reference book).
kenapa buku referensi itu perlu?
supaya kita sama-sama belajar langsung dari sumbernya (langsung dari tangan pertama)
supaya pengajar juga ngak bisa seenak perutnya bisa ngibul di depan kelas
supaya siswa dapat mengoreksi pengajarnya kalau dia melenceng, kan bisa lihat buku referensi toh?
ada mata kuliah yang tidak pakai buku referensi?
ada. biasanya ini adalah mata kuliah yang membahas topik baru / mutakhir, sehingga bukunya memang belum ada. jadi di kelas kita membahas penelitian-penelitian terakhir yang didapat dari jurnal.
gimana ketika mengajar?
saya terus terang saya belum buat buku ajar. hehehe…. karena saya lebih prefer untuk menggunakan buku referensi. ketika mengajar, saya tunjukan langsung halaman buku tersebut. jika perlu menunjukan implementasinya, kadang saya remote live router / server yang ada di data center jakarta ke siswa agar mereka tahu implementasi ilmu tersebut di lapangan.
apakah siswa selalu membaca buku referensi?
mentalitas sebagian besar siswa. saya ngak bilang semua siswa loh ya, tapi sebagian besar malasnya nauzubulahminzalik ketika diminta membaca referensi. sukanya googling sana sini untuk mendapatkan informasi. padahal yang didapat adalah blog orang dimana ngak jelas itu siapa, ahli dibidang apa. ada buku ajar pun, susah banget dibaca oleh itu siswa. sudah diberi video pun, masih malas untuk ditonton.
agar siswa membaca buku referensi?
jadinya terpaksa harus buat tugas untuk membaca buku, membuat summary yang dikumpulkan sebelum kuliah dimulai.
kesimpulan (buku ajar vs buku referensi):
- buku referensi perlu ada di setiap pelajaran
- buku ajar tidak wajib ada tapi akan membantu siswa dalam belajar jika ditulis dengan bahasa yang lebih jelas
- persoalan utama saat ini adalah mentalitas siswa/mahasiswa yang susah sekali membaca dari sumber yang terpercaya
silahkan tangapannya